LAKI-LAKI ADALAH KEPALA

Laki-laki adalah kepala keluarga dan kepala rumah tangga itu adalah fakta, tetapi bagaimana mengimplementasikan dengan benar itu jauh lebih penting.

Laki-laki adalah kepala keluarga dan kepala rumah tangga. Kepala atas isteri dan anak-anaknya. Ini adalah satu fakta atau kebenaran yang telah disadari, dipahami dan diterima oleh hampir semua orang, golongan, etnis, budaya dan agama. Namun, persoalannya, ada banyak dari kita yang telah memaknai dan mengimplementasikan secara sempit arti dari laki-laki menjadi kepala atas keluarganya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Realita menunjukkan bahwa pada umumnya kita hanya memahami posisi kita sebagai kepala atas isteri dan anak-anaknya hanya dalam dua aspek saja, bahwa kita 1] berhak sepenuhnya untuk menentukan jalan hidup keluarga kita dan 2] harus ditaati sepenuhnya oleh isteri dan anak-anak mereka tanpa banyak alasan. Akibatnya, ada banyak problema yang ditimbulkan oleh para suami dan ayah atas isteri dan anak-anak mereka, yang berujung dengan terjadinya kekerasan, kepahitan dan pemberontakan dalam rumah tangga mereka, seperti yang banyak kita lihat atau dengar di sekitar kita dan di berbagai media informasi. Ini adalah dampak yang wajar, ketika satu fakta atau kebenaran kita pahami secara sempit. Kita akan cenderung melakukan banyak kesalahan dalam memaknai dan mengimplementasikan fakta atau kebenaran tersebut, dan tentu saja pada akhirnya kita juga akan menimbulkan banyak problema dan perkara-perkara buruk yang lainnya di mana kita berada.

Kembali kepada pembahasan kita, bahwa laki-laki adalah kepala keluarga dan kepala rumah tangga. Ketika kita berbicara tentang kepala keluarga dan kepala rumah tangga, tentu kita tidak sedang berbicara arti yang tersurat, tetapi makna yang tersirat di dalamnya. Itu artinya, kita tidak cuma berbicara tentang posisi dan hak seorang pria atas isteri dan anak-anaknya, tetapi lebih kepada fungsi kita di tengah-tengah keluarga kita. Karena itu, mari kita sedikit bernostalgia dengan masa-masa kita masih duduk di bangku sekolah dulu, saat kita mengikuti pelajaran biologi yang penuh dengan kata-kata bahasa Latin. Kita tentu pernah belajar bahwa otak yang ada di dalam kepala kita merupakan pusat atau sumber dari semua gerakan tubuh kita. Otak kita inilah yang memberikan informasi kepada seluruh bagian tubuh kita apa yang harus dilakukan. Nah, apa yang dilakukan atau dikerjakan oleh otak kita ini, merupakan gambaran dari salah satu fungsi kita sebagai laki-laki di tengah-tengah keluarga kita, sebagaimana kita telah digambarkan selama ini sebagai ‘kepala’ atas rumah tangga kita. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak cukup hanya menjadi sumber nafkah bagi isteri dan anak-anak kita belaka –seperti yang dipahami oleh banyak dari kita selama ini, tetapi juga menjadi sumber informasi bagi mereka, bagaimana mereka harus hidup dan melakukan segala sesuatu. Sebagaimana halnya otak yang ada di dalam kepala kita memberikan informasi kepada seluruh anggota tubuh kita apa yang harus dilakukan. Inilah makna dan implementasi dari menjadi kepala keluarga dan kepala rumah tangga yang juga perlu disadari oleh setiap dari kita, para pria. Entah kita sebagai suami bagi isteri kita atau ayah bagi anak-anak kita.

Kata ‘sumber infomasi’ tidak hanya berbicara soal ‘perintah’ saja, melainkan mencakup banyak aspek dan bentuk, yang intinya memberikan informasi bagi isteri dan anak-anak kita bagaimana mereka harus hidup dan melakukan segala sesuatu. Kita akan melihat beberapa contoh praktis, bagaimana kita semestinya memaknai dan mengimplementasikan arti dari menjadi sumber informasi bagi isteri dan anak-anak kita.
1. Kita menjadi sumber informasi bagi isteri dan anak-anak kita tentang Tuhan dan kehendak-Nya, serta bagaimana kita harus hidup beribadah kepada-Nya di dalam setiap aspek hidup kita.
2. Kita menjadi sumber keputusan bagi isteri dan anak-anak kita, terutama saat kita dan keluarga kita hendak mengambil keputusan penting di dalam kehidupan rumah tangga kita.
3. Kita menjadi sumber inspirasi bagi isteri dan anak-anak kita, saat mereka hendak melakukan segala sesuatu, agar mereka dapat melakukan dan meraih hasil yang maksimal.
4. Kita menjadi sumber tuntunan bagi isteri dan anak-anak kita, saat mereka mengalami kebingungan atau ketidakmengertian tentang sesuatu hal di dalam setiap aspek kehidupan mereka.
5. Kita menjadi sumber nasehat bagi isteri dan anak-anak kita, saat mereka melakukan hal-hal yang salah, buruk atau tidak patut, agar mereka sadar dan berubah dari kesalahan mereka.
6. Kita menjadi sumber penghiburan bagi isteri dan anak-anak kita, saat mereka mengalami kesedihan dan kegagalan, agar mereka boleh dihiburkan, disegarkan dan dikuatkan lagi.

Apa yang tertulis di atas barulah sebagian kecil dari implementasi bagaimana kita semestinya menjadi kepala atas keluarga dan rumah tangga kita. Kita perlu belajar lebih banyak lagi, agar kita dapat menjadi kepala yang seharusnya bagi isteri dan anak-anak kita. Tetapi, satu hal yang pasti, bahwa menjadi kepala keluarga dan kepala rumah tangga tidak hanya berbicara soal otoritas belaka, tetapi bagaimana kita boleh melakukan fungsi sebagai kepala di tengah-tengah keluarga. Menjadi sumber informasi yang baik bagi mereka. Ini memang bukan hal yang mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk diterapkan. Akhirnya, selamat menjadi kepala! Doa saya menyertai Anda semua, baik Anda sebagai suami atau ayah di tengah-tengah keluarga Anda.