LAKI-LAKI YANG BERIBADAH?

Ada banyak laki-laki yang berpuas diri dengan kehidupan ibadah mereka yang
pas-pasan, karena mereka tidak sadar akan manfaat yang terkandung di dalamnya.


“Kalo soal agama, itu urusan isteri saya. Bagian saya, cari nafkah sebanyak-banyaknya.” Kata-kata seperti ini seringkali dilontarkan oleh kebanyakan laki-laki, ketika orang bertanya tentang kehidupan ibadah mereka dan keluarga mereka. Bagi mereka, urusan ibadah bukanlah urusan laki-laki, tetapi urusan perempuan dan anak-anak. Karena itu, mereka tidak merasa perlu untuk menambahkan porsi ibadah mereka selama ini. Asal mereka sudah menjalankan standar kewajiban ibadah mereka, maka cukuplah itu. Tidak usah terlalu beribadah. Coba renungkan, jika kita mau jujur, bukankah kebanyakan dari kita tidak memiliki keinginan untuk memiliki porsi yang lebih di dalam menjalankan kehidupan ibadah kita? Misalnya, keinginan untuk kita berdoa lebih sering, membaca kitab suci lebih banyak, atau lebih giat mengikuti kegiatan ibadah. Kita cenderung berpuas diri dengan kuantitas dan kualitas ibadah kita yang pas-pasan itu. Mengapa ini bisa terjadi? Ada dua aspek di sini. Pertama, karena kita beranggapan bahwa itu adalah urusan perempuan dan anak-anak, dan kedua, karena kita tidak melihat manfaatnya jika kita menjadi lebih beribadah. Kita pikir ibadah cuman urusan akhirat saja, dan hanya sedikit menyinggung hidup urusan hari ini. Ini pemikiran yang keliru dan sekaligus sempit.

Ibadah tidak hanya berbicara urusan di akhirat kelak, tetapi juga berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Tidak hanya berguna untuk hidup yang akan datang, tetapi juga untuk hidup hari ini. Ada pepatah kuno yang mengatakan, “Ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” Tidak hanya berguna untuk perempuan dan anak-anak, tetapi juga terutama bermanfaat bagi kita, para laki-laki. Mengapa? Kita akan melihat beberapa alasan berikut ini.

Satu, agar kita boleh dihindarkan dan dijauhkan dari perilaku yang sia-sia dan cemar. Fakta menunjukkan bahwa ada banyak laki-laki –entah ia telah berkeluarga atau masih bujangan, yang telah terlibat atau melakukan hal-hal cemar dan merugikan, bahkan beberapa di antaranya harus mendekam di penjara. Ketika kita hanya memiliki kehidupan ibadah yang pas-pasan, maka kita mudah sekali terseret ke dalam perilaku yang cemar dan perbuatan yang nista. Fakta tentang tingginya angka pemerkosaan, kasus narkoba, dan yang serupa dengan itu, merupakan bukti betapa penting seorang laki-laki memiliki kehidupan ibadah yang mumpuni. Tak hanya itu, tingginya kasus kekerasan dalam rumah tangga, juga makin mempertegas hal tersebut. Karena itu, kita sungguh-sungguh perlu memiliki porsi kehidupan ibadah yang lebih lagi, agar kita boleh memiliki iman yang kuat untuk menghadapi berbagai godaan hawa nafsu yang ada di sekitar kita. Tentu saja, bukan hanya sekedar kedok agamawi belaka, tetapi benar-benar memiliki kehidupan ibadah yang tulus di hadapan Tuhan.

Dua, agar kita boleh menjadi imam bagi keluarga kita, untuk dapat menuntun mereka bagaimana mereka harus hidup dan beribadah kepada Tuhan. Laki-laki adalah imam di tengah-tengah keluarganya. Ini adalah satu fakta atau kebenaran yang telah disadari, dipahami dan diterima oleh hampir semua orang, golongan, etnis, budaya dan agama. Persoalannya, jika kehidupan ibadah dan iman kita sendiri pas-pasan, bagaimana kita dapat menjadi imam bagi isteri dan anak-anak kita. Ketahuilah, seperti yang kita lihat sendiri, hari-hari ini ada begitu banyak pengaruh buruk dan jahat yang bermunculan di sekitar kita, dan jika kita tidak bersegera untuk memper¬lengkapi isteri dan anak-anak kita dengan benteng iman yang kokoh, maka keluarga kita akan menjadi sasaran yang empuk bagi mereka. Maraknya perbuatan kriminal dan najis yang dilakukan anak-anak remaja, merupakan bukti dan peringatan betapa pentingnya para ayah untuk menjadi sosok yang beribadah dan terlibat langsung dalam pembinaan akhlak anak-anak mereka. Karena itu, kita perlu terus-menerus meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kita, supaya kita dapat menjadi imam dan membentengi hidup isteri dan anak-anak kita dengan iman yang kokoh, supaya mereka tak mudah terseret oleh pergaulan yang buruk di sekitar kita.

Tiga, agar kita boleh menjadi teladan bagi keluarga dan komunitas kita, agar mereka tersadar dan terins-pirasi dengan kehidupan ibadah kita di tengah-tengah mereka. Ketahuilah, bahwa hari-hari ini dunia sedang mem¬butuhkan satu sosok atau figur yang boleh menjadi panutan mereka, bagaimana mereka harus hidup dan melakukan segala sesuatu dengan lebih baik. Ketika kita memiliki kehidupan ibadah yang baik dan tentu saja diiringi perubahan akhlak yang makin mulia, maka kita boleh mewarnai dunia yang telah kusam dengan dosa, agar boleh menjadi lebih baik dan semakin baik lagi. Kita mungkin tidak dapat melakukan perubahan seperti Bunda Theresa, Mahatma Gandhi atau tokoh-tokoh spiritual dunia yang lainnya, tetapi setidaknya kita bisa mewarnai keluarga dan tetangga dekat kita dengan kehidupan ibadah dan akhlak kita yang mulia. Karena itu, mari kita mau semakin giat untuk melakukan kehidupan ibadah kita, lebih daripada sebelumnya.

Ini memang bukan hal yang mudah. Kita mungkin akan menghadapi ejekan atau cemooh dari komunitas kita, saat kita hendak beribadah dengan lebih lagi dari sebelumnya, tetapi jangan biarkan kata-kata mereka merintangi kita untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi. Akhirnya, mari kita mau semakin maju di dalam kehidupan ibadah kita dan meraih akhlak yang lebih mulia lagi. Ini semua demi kebaikan kita sendiri!